Aku tak
pernah mengharapkanmu lebih dari sekedar ada
Aku tak
pernah menginginkanmu lebih dari sekedar terlihat
Tak lebih
dan takkan berubah
Aku bahkan
tak pernah bermimpi untuk bisa menyentuhmu
Tak pernah berhayal
berjalan beriringan denganmu meski selangkah
Cukup
terlihat dan ada meski tanpa nama dan sentuhan
Engkau dan
bayanganmu tak pernah lebih penting dari jarak dan kenangan
Aku takkan
pernah lagi menyesali pernah menginginkanmu ada
Kuanggap itu
sebagai sebuah proses belajar bertahan
Bertahan
untuk menggenggam apa yang tak mungkin dimiliki
Bertahan
untuk kehilangan saat tiba waktunya melepaskan
Bertahan
percaya bahwa aku tak serapuh angan-angan semu
Bertahan
pada keyakinan bahwa aku akan baik-baik saja meski tersakiti
Proses
menempa hatiku untuk tidak mudah percaya pada cinta yang kerap menipu
Aku
baik-baik saja hari ini
Meski aku
tak lagi melihatmu ada
meski semua
telah hampir kembali pada titik nol
titik dimana
aku tak lagi banyak mengenal dan mengingatmu
aku masih
tetap bertahan
bertahan
untuk sesuatu yang berbeda dan kupercaya lebih berarti dari semua yang ada
padamu
engkau telah
menjadi sebuah oleh-oleh dari perjalanan panjang
menjadi
catatan dalam buku usang yang pernah menjadi agenda harian
engkau telah
menjadi sebuah zaman yang kusebut masa lalu
engkau menjadi baris terawal dari sebuah
cerita
dan tak
kusangkal jika tak jarang engkau muncul menjadi inspirasi pada baris-baris yang
lain
engkau
memperindah jalan cerita dengan cara berbeda
tak lagi
menjadi tinta, tapi engkau tetap memberwarna
tak lagi
sama tapi kusimpan keindahannya bersama sebuah proses
dan kuberi
nama “seni bertahan”
salam bagimu
“hati tak bernama”