Cukup!
Tujuh, delapan, Sembilan.
Iya kurasa sudah lebih sembilan kali aku dengan sengaja tidak menjawab
panggilan teleponnya. Dan itu dalam satu hari ini saja. Kemarin, sebelum
kemarin, sebelum sebelum kemarin kurasa aku tak bisa lagi menghitung berapa kali
deringan teleponku ini kuabaikan.
Aku tidak membencinya, sama sekali tidak. Tapi aku sudah tak
ingin lagi bermain-main dengan hubungan yang tak jelas ini. Aku tak pernah
dengan sengaja ingin membuatnya menyukaiku dan apa lagi membuatnya jatuh cinta.
Aku hanya ingin mengenalnya, dekat dan menjadikannya teman bermain dan
menikmati banyak cerita.
Kurasa telah banyak kata yang kukatakan untuk berusaha membuatnya
berhenti mendekat. Dekat yang pernah ada telah menjadi membosankan dan sudah
waktunya mundur. Tapi, semakin aku mundur dia semakin datang mendekat.
Bagaimana jarak ini akan menjadi benar-benar jauh jika dia tidak pernah belajar
berjalan mundur.
Aku telah dengan sengaja mengabaikannya. Tak hanya sekedar
mengabaikannya malah, dalam banyak moment aku malah dengan sengaja membuatnya
menjadi seseorang yang tak terlihat dan tak ada. Apakah itu tidak menyakitinya?
“Hatimu terbuat dari apa sih?” aku menggerutu dalam hatiku.
Mengapa ada hati yang selugu itu? mengapa ada? Dan mengapa
pula hati itu bertemu dengan hatiku yang bahkan tak mampu berusaha
menjadikannya istimewa di hatiku.
Aku sudah berkata maaf dan tak bisa. Tapi mungkin aku harus
menterjemahkannya dalam bahasa yang dimengerti olehnya.
hey! Berhenti di sana!
Dengarkan aku berkata dengan jujur bahwa kita hanya bisa
sebatas ini, lebih dekat akan membuatmu merasakan apa itu kecewa dan akupun
menjadi mati rasa.
Ini jurus terakhir dan kurasa tak ada jurus lain lagi. Jangan buat aku menjadi lebih mengerikan dari yang kutau.
cukup!
#latepost
#flashfiction