dream!!

dream!!
aku sedang mempertahankan cinta yang ada dalam diriku, bukan untuk memiliki hati yang diharapkannya. tapi mempertahankan hatiku agar tak terluka saat hati yang diinginkannya bahkan tak menyadarinya.-----
aku sedang jatuh cinta

Rabu, 20 April 2011

atas nama cinta

hai...apa kabarmu hari ini?
saat ini kalimat itu mungkin menjadi kalimat yang tak ingin didengar atau diucapkan oleh beberapa orang. Basi! demikian alasannya.
hai lagi ngapain?? dan itupun menjadi kalimat yang menyebalkan, membosankan dan tak bermutu.
sebelumnya, kalimat itu menjadi demikian indah dan mampu menghadirkan warna yang menarik disaat hari seolah-olah tak berwarna. menghadirkan senyuman bahkan disaat hidup seolah-olah pantas untuk diratapi.
tapi mengapa? keindahan apa yang hilang dari kalimat itu? nuansa apa yang pudar dari perhatian yang biasa itu. apakah rasa memiliki membuat kita kehilangan romantisme dari hal-hal biasa? apakah memiliki membuat kita lupa untuk menjaga nilai cinta dari hal-hal kecil.
jika demikian adanya kita telah kehilangan makna cinta yang sesungguhnya. jika jarak dan waktu menjadi alasan kita kehilangan warna dan nuansa indah dari cinta itu sendiri maka sebaiknya kita tak perlu memulai.
bertahan atas nama cinta didalam doa...
karena engkau mencintai...maka berdoalah...
karena engkau berdoa maka bertahanlah..
karena engkau mencintai dan berdoa maka engkau akan menemukan alasan untuk bertahan dan terus berjuang dan terus mencintai.
hanya satu alasan mengapa kita berhenti mempertahankan cinta; karena sang Pemilik Cinta meminta kita berhenti.
tapi kukira takkan pernah dimintanya kita berhenti mencintai dan berdoa, mungkin pilihannya adalah berhenti merasa memiliki....yah....berhenti memiliki karena kita tak mampu menjaga....
dan jangan pernah berhenti bertanya sebelum engkau menemukan jawabannya...artinya teruslah berdoa...

salam bagimu para pejuang cinta....

Senin, 18 April 2011

aku bangga menjadi diriku

cerita sederhana dari sebuah tontonan konsumsi balita. seekor kelinci mengeluh pada sahabat baiknya. "aku bosan menjadi diriku". kelinci putih yang kecil, merasa tak lagi ingin menjadi seekor kelinci. dia ingin menjadi sesuatu yang lebih besar, lebih berani.
peri ajaib mendengar keinginannya. haihh...beruntungnya dia, 3 permintaan diberi padanya. mirip sebuah iklan, teringat seorang teman "brani bayar piro rek?"
bim salabim, kelinci kecil berubah menjadi seekor singa seperti inginnya. menjadi besar, disegani dan tentunya penguasa. tapi...kasihan singa yang gagah ditinggal sehabat baiknya. tak heran mana ada kelinci bisa hidup berdampingan dengan singa. tidakkkkkk, teriaknya. aku ingin menjadi sesuatu yang kecil, ramah dan sahabatku tak menakutiku. apa saja, tapi bukan kelinci atau singa.
sekali lagi tongkat sakti diayunkan.
hussssssh.....singa yang gagah dan besar menjadi seekor semut. wuih....dengan suara kecil dan ramah serta tubuh yang imut dia mencari sahabat baiknya. berharap tidak lagi ditakuti.
tapi......suaranya tak terdengar, tubuhnya tak terlihat. eittts....hampir saja terinjak sahabat sendiri.
semut kecil yang malang. menangis sedih dibalik dedaunan. aku ingin seperti dulu, aku ingin sahabatku, aku ingin menikmati wortel yang manis. dia terisak.
"permintaan diterima...." peri cantik kembali mengeluarkan jurus ajaibnya. permintaan terakhir dikabulkan. kelinci putih nan cantik telah kembali kewujud aslinya.
sahabat.....aku kembali katanya kegirangan. aku tak ingin lagi menjadi yang lain, aku senang dengan diriku. tak lagi ingin kehilangan sahabat terbaikku. huuuu.....so sweet... manis sekali.


jika aku harus mengorbankan sahabatku untuk menjadi orang lain. hm....aku juga tak ingin.
aku bangga dengan diriku, apa adaku sekarang membuatku tak pernah ragu untuk menjadi diriku. sahabatku membuat duniaku cantik dan itu takkan tergantikan. aku bangga dengan diriku....

Minggu, 17 April 2011

hari ini

tak mengerti aku apa yang terjadi hari ini. tapi aku yakin sepenuhnya aku menikmati keindahan hari ini. keindahan berbagi hidup bersama Tuhan dan orang-orang yang Ia hadirkan dalam hidup itu sendiri. ingin aku berterimakasih padamu tapi ada bagian dari diriku yang berharap ada kata yang lebih indah dari kata itu.
ingin kuciptakan satu kata yang dapat mewakili hatiku, tapi kata apa yang harus kubuat? bahkan engkaupun mungkin tak punya ide untuk itu. ah...sebaiknya engkau punya...
aku sedang menata langkahku, dan berharap tiap jejak dari langkah itu akan meninggalkan pesan yang pantas dipelajari dan dikenang.
aku sedang berusaha untuk berani melangkah, dan berharap langkah itu akan membawaku lebih dekat pada hati Pemilik hatiku, Cintaku, Mukhalisku...
jika kelak engkau ingin bicara tentangku: katakanlah seperti apa aku dihatimu. uraikanlah bentuk yang engkau kenal dari hidup yang pernah kita bagi. jangan bicara jika engkau belum siap, karena aku masih ada waktu menunggu.
cinta ini terlalu besar untuk tidak kubagikan padamu. dan terlalu bersuara untuk tidak kuteriakkan padamu...

berharap ini adalah satu langkah lagi menuju visi.

Cinta Tuhanku sertamu...
salam....






Ingatan akanmu

Tak ku janjikan salam ditiap pagimu
Tak ku pastikan senyum dalam tiap sedihmu
Tak ku janjikan telinga untuk tiap keluhmu
Tak ku pastikan ada ditiap butuhmu

Tapi ku janjikan senyum dalam tiap ingatan akanmu
Ku janjikan kehangatan tiap menyebut namamu

Tak banyak yang ku punya
Selain rindu yang lebih besar dari diriku sendiri
Selain inginku tuk tiap waktu ku lewati disampingmu
Selain ingatan yang tak lekang tentangmu

Aku lupa...
Saat kapan aku mengenalmu
Tapi tak lupa pertama kali aku melihatmu
Aku ingat...
Saat kapan engkau pernah menyakitiku
Tapi tak ingat kapan pernah melupakanmu

Aku tau...
Tak seharusnya seperti ini kisahnya
Tapi tak tau bagaimana mengubah alurnya
Aku tak tau...
Mengapa engkau jadi pemeran di dalamnya
Tapi tau tak ada pemeran pengganti untukmu

Meski kerap tak ku lihat engkau dalam mimpi tidurku
Tapi ku tak sengaja selalu menghadirkanmu dalam mimpi sadarku
Takkan ku inginkan sangat engkau dalam hidupku
Tapi ku minta selalu dalam harapku
Mengertikah engkau?? Sebab aku tidak...

Jumat, 15 April 2011

salah


Aku bercerita kepada langit….bukan karena aku menyembah langit.
Aku selalu membayangkan Penciptaku menatapku dari sana. Tak ada tempat yang tidak berada di kolong langit bukan? Hingga kemanapun aku kapanpun aku bisa melihat kehadiranNya di sana. Di langit...
Aku bukan sedang membatasi kehadiranNya atau keberadaanNya. Tapi demikian aku membuat hatiku selalu dekat denganNya. Tiap kita punya cara sendiri dan inilah caraku.

Aku bukanlah seseorang yang dengan mudah berbagi tentang hal-hal terdalam dari hatiku, atau juga tentang hidupku.
Dan saat aku menengadah ke langit, dengan atau tanpa kata aku merasa Dia sedang mendengar dan sudah mengerti. Jika aku berbagi denganmu, itu adalah cerita yang ku minta kembali dariNya agar aku punya cerita yang dapat mendekatkanku padamu. Tepatnya aku meminjam dari padaNya. Karena semua ceritaku adalah milikNya.

Hm...
Aku merasa sedang disalah mengerti oleh seseorang, mungkin saja itu dirimu. Atau mungkin malah aku yang sedang salah. Mengasihi bukan untuk berbalas, aku berbuat bukan untuk menuntut. Jika aku yang ternyata membuatmu salah mengerti, kata ”maaf” menjadi hutangku padamu.
Seorang sahabat menawarkan diam adalah pilihan, aku rasa itu bijak. Tapi ternyata dalam diam ada ingin yang besar memintamu mendengar kata ”engkau salah mengerti!!”.

Janganlah membuat kesimpulan, sebelum engkau sendiri bertanya kenapa dan ada apa?
Janganlah berusaha mengangguk sementara aku sendiri belum bicara tentang hatiku.
Aku punya banyak nama dalam lembaran tanda cintaku, engkau hanya salah satunya. Jika bagian kecil ternyata sudah membuatmu gelisah, apakah aku harus menghapus namamu?

Aku pernah kehilangan orang terbaik dalam perjalananku....dan aku tak ingin lagi...
Bagaimana menurutmu??

Salam...

Langit jingga sore itu

Terlalu sering ku janjikan untuk tak lagi merindukanmu. Dan sesering itu pulalah aku menyesal untuk tidak merindukamu. Aku sangat takut jika pada akhirnya aku akan menempatkanmu pada posisi yang terbaik dalam hatiku hingga Pemiliknya tak lagi merasakan ada tempat untukNya. Tolonglah, beritahukan padaku apa yang telah engkau perbuat pada hatiku. Mengapa demikian pentingnya engkau untuk selalu diingat dan dipikirkan olehnya. Mengapa begitu beratnya untuk sedikit saja melewatkan waktu tanpa ada harapan akan hadirmu di sana.
Dan aku harus selalu terpaksa menyembunyikanmu di sana, cukup di hatiku. Karna tak ingin siapapun merasakan arti pentingnya hadirmu dalam perjalanan ini.
Taukah engkau, aku terlanjur menyebutmu, memanggilmu dengan cara yang salah. Entahlah, mungkin yang salah adalah rasa yang hadir saat mengenalmu perlahan dan waktu-waktu yang teramat panjang ku lewati dengan menutup mata dan menyebut namamu. Mungkinkah, tak seharusnya aku memilih untuk duduk berdua denganmu. Lalu bagaimana menghapus semua jejak yang ada itu, terlanjur terlalu jauh kita berjalan dan menapaki jalan-jalan manis yang membuatku lupa siapa engkau dalam panggilanku dan siapa engkau dalam rasa hatiku.

Luar biasa! Apa arti kata itu bagimu? Sebab sesungguhnya itu adalah kata yang harusnya ku pilih untuk menyederhanakan semua tentangmu. Lalu kenapa itu yang kau pilih untukku? Dan mengapa sebaliknya pilihan yang kau buat untuk pilihanmu. Mengapa tak mampu aku memahamimu bahkan belum hatimu.
Terlalu indah semua ini kita awali, hingga tak rela aku mengakhirinya. Tapi sampai bila semua ini akan seperti ini? Aku teramat sangat ingin ini semua sampai pada ujungnya. Ingin aku tau apa yang akan terjadi, akan adakah engkau di sana atau sesungguhnya tak kan ada engkau. Akan kesepiankah aku saat tanpamu? Akan bersyukurkah? Akan kehilanganmukah? Atau pada akhirnya akan sama sekali melupakanmu dan merasa tak kehilangan apapun. Tergantikankah engkau pada akhirnya?

Ingatkah engkau padaku hari ini. Sebab ternyata aku tak mampu tidak. Bagaimanakah aku harus menyebut namamu? Aku tak lagi tau harus bagaimana. Kemanakah aku harus belajar saat aku tak mampu lagi untuk berfikir apa selanjutnya. Aku hanya melihatmu di hadapanku saat ini, tak lagi mampu aku melihat ke depan dan orang lain. Tolonglah, apa yang engkau telah perbuat pada inginku? Mengapa tak mampu lagi ia membuat pilihan dan bahkan melihat pilihan.

Haruskah ku siapkan hatiku untuk sakit hati dan kecewa? Sebab aku tak yakin apa yang sedang terjadi pada hatimu. Aku takut dan sangat. Membayangkan saat engkau membuat pilihan dan aku tak ada di sana. Akan cukupkah nanti keadaanku dengan terluka? Atau akankah lebih dari itu. Mengapa tak juga kunjung engkau mengerti.

Dan saat ini aku sedang sangat merindukanmu. Sangat memikirkanmu dan sedang sangat ingin untuk tidak mengharapkanmu. Pada baris keberapakan akan ku sebut namamu? Sebab sedari tadi tak kunjung berhenti pikiranku memanggilmu dan berbicara seolah-olah engkau sangat dekat di sini. Wahai engkau hati yang terpilih, sedang apakah engkau, kalau aku sedang tersenyum karnamu.

Hari ini ku lewati waktu yang panjang, sempat aku tak mengingatmu. Dan saat ini aku terpikir apa yang akan terjadi tadi jika aku mengingatmu. Akankah berbeda? Akankah langit jingga sore tadi akan terlihat lebih indah jika ada namamu di sana tadi? Atau bahkan apa yang akan terjadi jika engkau ada di sana bersamaku? Bagaimanakah kira-kira kita akan melewati waktu itu. Akankah sama jika denganmu? Memujikah kita seperti saat yang pernah? Akan betahkah kita seperti waktu itu? Ataukah hujan hari ini akan seindah hari itu?

Taukah engkau semua ini? Akankah ada waktunya bagi kata kita? dan selain aku engkaukah pelengkap kata itu?

Kamis, 14 April 2011

Merayakan Cinta Tuhan

-->
Salam bagimu para saudara, sahabat dan teman…jika ada panggilan yang lebih dekat dari itu, pilihkanlah itu buatmu. Bersyukur untukmu, bersukacita karnamu. Itulah alasan aku merayakan hari ini.
Engkau yang pernah sekedar melintas dan singgah dalam hidupku tapi tak pernah tidak  meninggalkan jejak. Bahkan kata ”hai!” menghadirkan senyum meski tak lama.
Dimanapun engkau saat ini, bersama siapapun engkau hari ini, Ingatlah kelak moment ini akan meninggalkan bekas hanya saja tak selalu diingat.
Ada yang pernah berkata padaku: kita semua adalah orang yang sangat istimewa dimata Pencipta kita. Hingga Dia akan selalu mempertemukan kita juga dengan orang-orang yang tak biasa, Dia ingin kita selalu tau bahwa kita diperhatikanNya melalui orang lain, merasakan kehadiranNya melalui orang lain. Karnanya ku pastikan engkau juga orang yang sangat istimewa, sama sepertiku. Hm....

Teramat sangat ingin berbagi denganmu...
Hanya ada 2 orang saudara sedarah denganku. Hanya adik-adik, tak ada kakak ataupun abang....
Tapi taukah, aku tak pernah kehilangan kasih sayang seorang bahkan banyak kakak dan abang dalam hidupku.
^ Dia yang tidak akan berkata ”engkau melupakan ulang tahunku” tapi memilih tersenyum dan mengirim pesan singkat ”met ultah ya Bang, mg Tuhan selalu mencurahkan berkat buat keluarga” persis di hari ulang tahunnya.
^ Dia yang tak akan berkata ”engkau tak pernah bertanya kabar” tapi memilih percaya dan berkata ”doamu cukup dan itu menguatkan kami”
^ Dia yang tak pernah bosan mendengar, bahkan setelah mendengar banyak dia akan berkata ”aku pengen baca surat darimu hari ini, aku tunggu ya...aku ga kan pulang sebelum suratnya selesai...” hah...???!
^ Dia yang takkan pernah malu menjadi cengeng meski memang bukan, sambil berurai air mata memelukku dan berkata ”aku sangat mengasihimu adikQ....sangat....” aku merindukan moment itu...S.E.L.A.L.U...
^ Dia yang takkan pernah perhitungan dalam apapun ”aku pengen traktir makan bakso d...tapi cuman punya duit 1000, mau dibeliin roti apa??” lalu ku jawab ”paha ayam bang...” hehehehe.....
^ Saat orang bertanya ”apa lagu kesukaanmu?” dia akan segera bilang ”aku aja yang jawab....hanya dekat....tapi bukan hanya dekat yang itu....yang satu lagi”
ngerti ga sih???
^ Dia yang dengan tidak ragu-ragu berbagi ”aku lagi disuruh berdoa jadi ketua UKM, tapi aku mau kalian yang menilai ’apa aku pantas?” dan kami kompakan menjawab...cocok bang....bahkan setelah bertahun-tahun dia lengser dari jabatan itu aku akan dengan bangga memanggilnya ”ketua!”
^ Dia yang setelah permisi pulang dan melangkah beberapa meter, tapi kembali lagi hanya tuk bilang ”aku belum pegang kepalamu adikQ...”
^ Dia yang baru aja pulang, tapi akan segera kirim sms ”abang udah nyampe yah....eh, already miss you...” walaupun itu cuman MODUS....hahahaha....
^ Dia yang bisa-bisanya ngasi penghiburan dengan bilang ”siap-siap aja, mungkin calon THmu anak don moen” beugh....musti doa puasa berapa semester kak???

-kakak dan abangku_

Dan adik-adik serta teman-teman tak kalah aneh dan udik...hem...aku tak mau memuji mereka dengan menyebutnya unik...
^ Aku punya nama tengah, tapi tak suka jika namaku harus sepanjang itu. 4 huruf cukup bagiku, tapi baginya itupun terlalu panjang dia selalu memanggilku K’ Nov....dalam tiap situasi dan kondisi....dan cara memanggilnyapun entah mengapa ku rasa sangat berbeda dari siapapun...
^ Mungkin teman-temanku malah lebih parah mereka bisa jadi tak suka namaku, karna mereka semua memanggilku dengan cara berbeda tapi itu bukan namaku...”prodeo yang aneh..”
^ Oh, aku juga punya saudara kembar, entah dari mana datangnya...tinggi jauh beda, rambut pernah sama, orang tua kami bahkan tak saling kenal, dan kami pernah berantem hanya karna ”laphet....” di balige harganya 3 2ribu...ntah hapa2...
^ ada yang lebih suka perang animasi dari pada sms kata2 mutiara. Itu cukup buatnya...dasar!!
^ seseorang yang nun jauh disanapun tak kalah tak terlupakan...karna dia mengawali persahabatan kami dengan tragedi ”hilangnya sebilah payung” hihihihihi...do’i awak...
^ dan guru awak yang mempererat persahabatan kami dengan kunci2 gitar...semangat!!!
^ adikQ si gitaris handal...kirim SMS dukungan meja hijau dengan 1 kata ”SEMANGAT!!!” katanya tanda seru 3X supaya ketauan serius kali...selalu lupa ngunci helmnya, dia bilang aku kayak bapaknya....hahahahaha....ku sumpahi dia kasetnya terjual 1 juta copy dan dapat double platinum.....RASAIN!!!
^ yang satu ini ku sebut pria teromantis sepanjang masa...hahahahaha...permisi pulang, ditutupnya pintu rumah kontrakan kami...tiba2 dia masuk lagi...nyelonong ga pake salam langsung ke dapur...tiba2 lagi udah muncul di depanku...kayak siluman aja...”ada apa?? Ada yang ketinggalan?? Aku bertanya bercampur kaget...dia tersenyum lucu ”iya ada...” ragu2 aku tanya lagi ”apa??” dia diam sejenak lalu berkata dengan lembutnya ”senyum kk...” dan pergi lagi ga pake permisi...kalo dia balik lagi mungkin waktu itu dia udah lihat wajahku merah semerah2nya....padahal aku belum cuci muka mulai pagi...beugh....aku bersyukur ga sempat jatuh cinta waktu itu.....
*ngakak dulu cuy.....ga kebayang..... wkwkwkwwk
^ Ada yang ngaku-ngaku jadi pujangga, juara lomba buat puisi waktu TK (TK atau waktu kuliah ya...*pura2 lupa...), tapi sms aja selalu nyontek...hem...dia bilang aku ”kakak yang aneh” padahal sebenarnya dia lupa kalo ternyata dia yang aneh...
^ Ada yang buat panggilan selalu baru tergantung mood ”panogolan, boru, kk, bere, ito...mungkin ntar lagi ntah apa lagi...dan dia yang dengan bangganya bilang kalo garpu, sabun mandi, kantongan tempat sampah, botol minum bekas dan tas rentenir pasar pagi jadi oleh2 spesial....dia ga tau kalo aku jauh lebih bangga dengan semua benda aneh itu...mantap nian toel...
^ Dia yang yang menyatakan kasih sayangnya dengan bertanya pake nada ga da lembut2nya ”besok mau dibuatin apa black forest atau brownis??” ini marah atau???ckckckck...ya udah deh...black forest aja...
^ Dia temanku yang super terkenal, bintang iklan, waktu kecil udah main film yang judulnya bikin orang merinding...dan waktu dia bilang ”berkasku ditolak karna dinyatakan ga valid” dengan senyum2 aku balas smsnya: ”syukurlah....” hahahahaha....tapi dia tetap memanggilku sahabat...


Ketika engkau berjalan dan melintasi kehidupan orang lain, apa yang engkau harapkan akan dikenang dari jejakmu. Semoga saja itu adalah ”persahabatan”.
Persahabatan tak selalu dimulai dengan senyuman, tak selalu dilalui dengan tawa...tapi itu akan tetap menjadi sebuah persahabatan jika kita menghargainya dengan nilai persahabatan...
Terimakasih untuk kehadiranmu dan membuat aku memahami hari2 ini pantas selalu dirayakan dengan sebutan hari hadirnya seorang sahabat...

_kk, abang, adik dan teman semua diaduk menjadi adonan yang ku sebut ”cinta Tuhan yang tersentuh...”_

Wajah di langit

Aku memandang jauh ke langit
Dan membayangkan wajah Tuhanku di sana
Aku memandang gusar pada negeriku
Apakah wajah yang ada di langit sana juga melihat?

Aku bertanya jauh dalam hatiku
Takkah orang-orang yang duduk di bangku empuk sana,
Juga melihat wajah Tuhan di cakrawala
Takkah mereka sesekali melihat ke atas sana
Dan membayangkan apa kata Tuhan tentangnya

wanita tua mengais-ngais tempat sampah
Menikmati dengan lahap tiap butir nasi
Yang oleh sebagian orang dianggap kotoran
Itu, bukan pemandangan aneh di tanahku berpijak

Gedung mewah dengan fasilisas wah..
Yang mungkin dalam mimpipun,
Tak berani kuharapkan untuk kunikmati
Itu, juga pemandangan yang tak aneh di layar kaca
Keanehan apa ini?

Apakah wajah yang ada di langit sana tersenyum
Melihat keanehan yang terjadi pada negeriku
Ataukah kami tak sedang melihat langit yang sama
Hingga tak juga kami melihat wajah yang sama
Keanehan apa ini?

cerita dari sudut negeri

-->

Hai sahabat….
apa kabarmu??
Setiap kejadian dan peristiwa adalah sebuah cerita yang selalu layak untuk dikisahkan. Hanya saja adakalanya kita tak pandai merangkainya menjadi sebuah cerita, atau kita juga kerap tidak memberi nilai untuk tiap peristiwa.
Aku punya sebuah perjalanan yang tak panjang, setidaknya aku menganggapnya tak panjang untuk sebuah cerita yang hanya ku lalui dalam hitungan hari.
Jika kisah ini berarti, aku berharap itu akan membawa sebuah perubahan. Jika kisah ini tidak memberi arti bagimu, kemungkinan ada yang salah diantara kita. Mungkin salah dalam menilai makna hidup dan bagaimana memaknai hidup itu sendiri.
Kemaren aku terpaksa harus berkunjung ke sebuah kantor dalam naungan Departement dalam negeri. Tentu saja Departement dalam negerinya, negeri ini; negeri kita, yang kemaren begitu kucintai. Jangan tanya kenapa kemaren kucintai, karena sekarang aku sedang bertanya dalam hati: bagian mana dari negeri ini yang masih pantas untuk kucintai?
***
Aku harus membuat sebuah paspor untuk kepentingan sebuah perjalanan
Kantor yang ku maksudkan tadi terletak jauh dari kota dan sepi dari hunian masyarakat. Tempat yang asri dan sejuk. Saat pertama kali datang ke tempat ini aku merasa sangat nyaman karena hijaunya pepohonan membuat tubuh merasa adem dan sejuk.
Waktu itu aku datang untuk memastikan persyaratan apa yang harus kulengkapi untuk kepentinganku, sambutan ramah itu yang ku dapat pertama kali, aku bertanya seorang wanita menjawab. Bukan hanya itu, dia malah menuliskan tiap detail persyaratan yang ku perlu.
Hm...aku mengagumi wanita itu pada awalnya. Dia membuatku merasa nyaman dalam kantor departement dalam negeriku. Wajarlah ya...ini negeri sendiri. Itulah awalnya.
Ini kunjungan kedua.
Kemaren aku tiba disini dengan harapan masih akan ada sambutan yang sama. Aku bertemu dengan wanita yang sama, dia sedang melayani seorang wanita paruh baya, aku mendengar pembicaraan mereka dengan jelas, wanita paruh baya itu terdengar marah dia merasa sudah melengkapi semua berkas yang perlu kemaren dan sekarang dia diberitahu akte lahirnya tidak terlampir. Tapi pada akhirnya wanita paruh baya itu mulai tenang, tatkala wanita yang berpakaian dinas departement dalam negeri itu berkata ”ya sudahlah...saya akan bantu ibu. Saya akan tunggu di sini sampai jam 4 sore, ibu pulang saja dulu ambil akte lahirnya untuk kelengkapan berkas.”
Wanita itu bergegas pergi, tentu dia mengejar waktu, sudah jam 2 artinya dia tinggal punya 2 jam untuk melengkapi berkas-berkasnya.
Saat dia berbalik hampir saja bertabrakan dengan 2 orang wanita yang berpakaian dinas sama dengan wanita petugas tadi. Keduanya baru selesai makan siang, mereka membawa bungkusan makanan dalam plastik transparantnya. Aku lupa bertanya sampai jam berapa batas waktu istirahat kantor pemerintah, karena memang di meja depan juga masih ada label bertuliskan ”istirahat”.
Aku tersenyum melihat wanita paruh baya itu pergi. Seorang pria yang tak lagi muda mengambil tempatnya. Maklumlah antrian, wanita petugas itu membuka map berkas pria di depanku dan dengan jelas aku masih bisa mendengar dia bicara ”sudah saya mau bantu, masih aja marah-marah”.
Tiba-tiba aku melihat sesuatu yang tak ada dalam berkasku. Materai 6000. Aku keluar dari antrian dan menuju koperasi yang ada  dekat parkiran. Beberapa petugas berdinas masih menikmati makan siangnya dikantin koperasi, ada yang ngopi dan ngobrol. Engkau belum lupa tadi aku bilang itu jam berapa bukan?
”Materai kak 1” kataku.
”10000 ya...” dia memandangku, aku tak mengerti apa maksud pandangannya.
Kira-kira jika dalam materai tertera angka 6000, berapa nilainya bagimu? Tapi aku tak punya pilihan tempat yang lain. Ini bukan di tengah kota.
”1 kak...” aku berujar pelan, dan teringat KTP-ku belum difoto copy. ”sekalian foto copy kak...” aku melanjutkan.
Engkau tau berapa harga fotocopy yang dikenakan? 1000/lembar. Sejauh ini, itu yang termahal yang pernah ku tau. Bagaimana di negeri kita bagian sudut sana? Atau mungkin masih lebih mahal. Dan itulah harga yang dikenakan dalam koperasi kantor pemerintah. Aneh ya...?
***
Berkasku sudah lengkap dan aku sudah bisa mengajukan permohonanku. Aku dilayani oleh wanita yang sama, kuserahkan berkasku. Dan tiba-tiba seseorang yang kukenal datang dari belakang, dia berpakaian dinas yang sama dengan wanita di hadapanku. Dia sempat bertanya kenapa tidak padanya saja aku minta tolong untuk mengurus berkasku. Dan aku menjawab pertanyaan itu dengan tersenyum ramah, kuharap itu mewakili ucapan terimakasih.
Aku menunggu hampir 1,5 jam setelah berkasku masuk. Aku mencoba berpikir mungkin mereka sedang sibuk meski tak ramai yang datang sore itu, paling tidak aku belajar tentang baiknya menunggu dan bersabar.
Orang yang ku kenal tadi memanggilku, dia memberitahuku bahwa berkasku sudah selesai dan aku sudah bisa masuk tahap selanjutnya. Tapi sebelumnya aku harus membayar biaya administrasinya.
”Sudah dikasi tahu berapa biayanya kan?” Dia bertanya. Aku menggeleng dan tersenyum. ”350 Ribu” katanya.
Setauku itu bukan harga yang ditetapkan dalam peraturan yang ada karnanya aku menolak harga yang disebutkan
”Aku tau berapa biayanya. 255 Ribu ” Aku menjawab.
Yah...tentu saja aku sudah mencari informasi sebelumnya, itu gunanya aku pernah mengecap bangku sekolahan.
”Kalau 300 Ribu gimana?” Dia memberi tawaran, ”Aku akan bilang pada ibu itu karena kalau tidak, engkau harus siap untuk datang lagi besok” Dia seolah-olah sedang menawarkan pertolongan.
Aku menggeleng dengan tetap tersenyum, tapi aku percaya kali ini senyumanku sudah berubah kecut.
”Tak perlu, aku akan bicara sendiri pada beliau” Kataku dengan nada sedikit kecewa.
Diapun berlalu dari hadapanku dan berbicara dengan wanita yang tadi, aku bahkan tak ingin menerka apa yang mereka bicarakan.
Aku menemui wanita petugas tadi, karena sudah terlalu lama menurutku namaku tak dipanggil. Sebelum aku bertanya dia sudah memberiku jawaban.
”Maaf yah...ga ada waktu lagi kalau hari ini, jadwal mengajukan permohonan hanya sampai jam 3 tadi” dia mendahului pertanyaanku.
”Tapi saya tinggal diluar kota, dan sangat merepotkan jika harus datang lagi ke sini hanya untuk foto saja. Lagipun berkas saya sudah selesai” kataku
”Maaf yah...tapi waktunya sudah habis...”
Wanita ini....pikirku dalam hati. Aku sedang tak ingin menumpahkan kemarahanku. Tapi aku yakin kekecewaan terpancar jelas dari wajahku sore itu. Ada apa ini? Apakah uang juga sudah dapat membeli waktu?
Aku melangkah berat meninggalkan gedung megah itu, di pintu keluar aku bertemu dengan wanita yang tadi ada di belakangku diantrian. Wanita itu tersenyum lebar dengan secarik kertas di tangannya.
”Kakak sudah foto?” aku bertanya
”sudah...” dia menjawab dengan senyuman puas. ”Kamu belum?” dia balik bertanya.
Aku menggeleng, dengan tetap berusaha tersenyum. ”Bayar berapa tadi kak?” aku bertanya lagi.
”350 Ribu” jawabnya ringan.
”Oohh....” tak ada respon yang lebih baik dari itu menurutku. Uang memang bisa mempercepat urusan. KUHP ”Kasi Uang Habis Perkara”, istilah aneh yang dulu pernah ku tertawai, dan sekarang hampir ku tangisi.
***

Dalam perjalanan pulang, aku memikirkan kembali semua yang baru saja terjadi. Mengulang rekaman yang ada dalam kepalaku. Teringat kata-kata wanita petugas tadi ”Sudah saya mau bantu...” Ah...aku rasa dia perlu belajar banyak apa arti memberi bantuan dengan mengerjakan tugas, bukankah negara ini membayar khusus untuk mereka mengerjakan tugas itu.
Dan aku berusaha menghitung-hitung berapa rupiah yang dapat dihasilkan melalui loket wanita itu setiap harinya. Tak heran jika mobil-mobil bagus parkir manis di depan kantor Negara yang satu itu, tak aneh jika melihat handphone-handphone model terbaru terletak di meja para pegawai.
Aneh ya? Sepertinya aku tak lagi ada di negeri sendiri, seolah-olah aku sedang menumpang hidup di negeri yang tak ku kenal. Aku tak lagi merasa nyaman di negeri sendiri.
Teringat wanita yang duduk di ruangan tadi bersamaku, dia berjalan dengan menyeret-nyeset kaki kanannya, teringat adik kecil yang tertidur di pangkuan ibunya tadi, kepalanya jauh lebih besar dari ukuran normal. Mereka datang untuk mengurus paspor demi keperluan yang sama, supaya dapat mencari pengobatan ke negeri tetangga. Dan untuk itupun mereka harus membayar lebih dari yang seharusnya.
Apakah tak lagi ada orang yang bekerja demi pengabdian? Apakah berita-berita korupsi di layar kaca tak membuat miris hati beberapa orang? Atau malah menjadi penyemangat karena mereka tidak korupsi sendirian?
Negeri apa ini sahabat? Apa yang dapat kita lakukan demi tanah tempat kita berpijak ini? Apa yang dapat diharapkan dari orang-orang berdinas dengan tulisan ”Abdi Negara”?
Mungkin lagu umar bakri milik Iwan Falls yang menggelitik malah jadi menginspirasi beberapa abdi negara untuk tidak perlu jujur atau sepeda butut dan tas hitam dari kulit buaya akan jadi upahnya.
Ini masih sepenggal cerita dari sudut sini sahabat. Aku masih punya banyak lagi yang berharap itu adalah penglihatan dalam mimpi dan ketika bangun aku akan tersadar itu bukan kejadian di negeriku. Aku akan menceritakannya lagi padamu sahabat dengan harapan aku akan mendapat cerita yang lebih baik dari sudut tempatmu berpijak, hingga ada alasan bagiku untuk kembali menyanyikan lagi lagu ”Indonesia Raya” dengan bangga.
Bagaimana menurutmu? Adakah kemungkinan itu?
Salam bagimu...

Da^manique

Asrama soposurung vs lapangan mini

Suara keyboard mengalun lembut dan nada-nada yang dimainkanpun terdengar indah. Hem…pasti musik ini dimainkan oleh seseorang yang mahir. Samar-samar aku melihat ada beberapa orang sedang berlatih musik di lantai 2 bangunan megah itu. Beberapa kali dalam seminggu, ku habiskan sore di hadapan gerbang nun megah itu. Memperhatikan mereka yang sedang ditempa dengan sedemikian rupa tentunya dengan harapan kelak mereka akan menjadi orang-orang yang ”besar”.
Setelah lebih 2 tahun, baru sekali aku punya kesempatan melewati gerbang itu, melihat dari dekat apa yang ada di sana, dan waktu itu hatiku bergetar sangat kuat...Tuhan apakah mereka semua ada di sini untukMu. Apakah ada Engkau dalam diri orang-orang yang terkenal hebat ini.
Mereka tidak hanya sedang dipersiapkan untuk menjadi pintar secara intelektual, tapi dilatih untuk menjadi kuat secara fisik. Tak hanya itu mereka juga diajar bagaimana caranya makan dengan baik, berpakaian rapi, berjalan mantap, bernyanyi dengan baik, bahkan kabarnya merekapun dilatih untuk dapat melipat pakaian dengan benar. Aku sendiri bertanya-tanya ”apa iya ada aturan tertentu untuk melipat pakaian?”
Adakalanya aku memperhatikan mereka berlatih karate (sebenarnya aku belum bisa membedakan itu karate atau taekwondo. Yang pasti itu bukan tari melayu). Sesekali terdengar suara teriakan yang nyaring jika mereka membuat gerakan tertentu. Beberapa kali juga aku memperhatikan mereka berjalan, berbaris rapi sambil bernyanyi. Ntah apa isi lagunya yang ku ingat ada kata-kata ”Soposurung tetap jaya”.
Taukah, aku pernah meminta kepada Tuhan untuk diberi kesempatan melihat mereka dari dekat. Dan kesempatan itu diberikan padaku. Hanya saja masih satu kali.
Tapi percayalah, aku tak datang kesana menghabiskan sore hanya sekedar memperhatikan mereka. Aku punya proyek pribadi dan itu bagaian dari menumbuhkan cinta untuk putih abu-abu.
Tepat di depan gerbang yang gagah itu ada sebuah lapangan sepakbola, yang menurutku luas. Tapi entah kenapa diberi nama lapangan mini.
Banyak remaja berpakain putih abu-abu sedang bermain di situ. Aku duduk memperhatikan mereka, beberapa kali ada yang memandang aneh ke arahku, mungkin dia sering memperhatikanku di sini dan heran ”ngapain pulak si kawan ini?”.
Ada bangunan yang kecil dan sederhana dipinggiran lapangan ini, tepatnya warung kecil. Mereka yang berpakaian putih abu-abu duduk disana menghabiskan waktu. Taukah, jika mereka yang ada di balik gerbang megah itu menggunakan jarinya menekan tuts keyboard dan memetik gitar maka yang ada di lapangan mini menggunakan jarinya memegang rokok dan memandangi handphone tak jemu-jemu. Apa yang dipandanginya? Aku belum pernah berani bertanya. Sebagian dari mereka bermain bola atau volley tapi biasanya sebelum mereka mulai bertanding akan lebih dulu berkumpul di pojok lapangan berdiskusi dan kemudian masing-masing mengeluarkan uang dari sakunya. Taruhan. Bolehkan aku menyebutnya berjudi? Kalo tak boleh aku akan sebut taruhan saja.
Mereka bermain penuh semangat. Melompat, berlari mengejar bola. Dan mereka juga akan berteriak bergantian. Tapi taukah apa isi teriakannya? Aku enggan menyebutnya di sini. Tapi seingatku waktu aku kecil tak jarang batu melayang sebagai balasan jika kata-kata itu ditujukan buat seseorang. Atau bahkan tak jarang adu jotos atau pulang ke rumah sambil menangis.
Itu waktu aku kecil, mungkin penggunaan bahasa sedemikian cepatnya berkembang saat ini, hingga bagian tubuh yang waktu belajar biologi akan disebutkan dengan intonasi lemah dan pipi memerah, sekarang diteriakkan ditengan lapangan dan dipakai untuk tanda kedekatan. Who knows???
Tapi kenapa aku masih tak suka mendengar kata-kata itu ya??hm...mungkin aku ketinggalan pergaulan. Kalau bahasa adik kelompokku ”ga gehol..” ntah apapun itu.
Oh ya, warung kecil tadi sempat ku sebutkan, sebenarnya aku mau bilang dari tempat itu para putih abu-abu mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Seperti rokok misalnya.

Aku terpikir apa yang dipikirkan mereka yang ada di lapangan mini ini tiap kali melihat gerbang megah itu dan apa yang mereka bayangkan melihat orang-orang yang ada di dalamnya. Terpikirkah mereka akan masa depan? Terpikirkah mereka akan apa yang disebut dengan persaingan?

Kenapa orang-orang dalam gedung megah itu dipikirkan, dipersiapkan dengan baik. Lalu siapa yang sedang memikirkan orang-orang yang ada di lapangan mini ini. Atau mereka sedang dijadikan bahan perbandingan.
Apakah mereka salah memilih tempat, atau keadaan yang salah, atau apa yang salah hingga harus ada perbedaan yang sedemikian.

Tapi keadaan ini membuatku berpikir. Awalnya kebiasaan menghabiskan sore ini adalah untuk mereka yang ada di balik gerbang megah itu dan sekarang aku diingatkan. Bukan hanya untuk mereka.

Nanda bilang: kak...aku heran jika dalam zaman yang bersaing seperti sekarang ini, masih banyak siswa bermain-main dan menghabiskan waktu dengan sia-sia.
Mungkin aku hanya ingin memperbaiki sedikit, tapi berarti banyak: kita semua sedang berlomba-lomba untuk menjadi yang berbaik bagi Tuhan. Lalu perlombaan apa dan bagaimana yang sedang kita ikuti.

Aku sangat mencintai pelayanan mahasiswa, tempat aku ditolong menemukan maksud Tuhan bagiku. Di sini, di tempat ini aku diajari mencintainya dengan cara yang berbeda. Dan benarlah apa yang dicatat dalam buku warisan itu; ”SEMUA DIMULAI DARI PUTIH ABU-ABU”
Bukan hanya untuk menyelamatkan pelayanan mahasiswa. Tapi menyelamatkan bangsa bagi kemuliaan Pemiliknya.

Aku berdoa semoga Tuhan memberi kesempatan bagi mereka yang ada di balik gerbang megah itu pun bagi mereka yang ada di lapangan mini untuk melihat kebesaran Tuhan dan pada akhirnya akan sama-sama berteriak ”TO GOD BE THE GLORY”


Cinta yang dalam untuk pelayanan Mahasiwa bagi kemuliaan Pemiliknya.