Anggap aja suatu waktu…
Aku berkunjung ke rumah seorang adik, teman dan sahabat.
It was
her birthday.
Aku pengen menghabiskan sore bersamanya dan keluarga
kecilnya. Yah…tak harus melakukan sesuatu, at least dalam beberapa jam ingin
menjadi bagian dari keluarga kecilnya. Sesederhana itu.
Tanpa ada niat sedikitpun untuk membicarakan kehidupan orang
lain, dia bercerita tentang kabar yang didengarnya. Mungkin itu bagian dari
kesedihannya.
Kak si A. cerita sama tetangga depan, tetangga depan itu teman
kompaknya si A ini. Katanya si A pacaran dengan suami orang. Selingkuh. Katanya
si A pernah videocall-an sama tetangga depan ini pas si A lagi berduaan sama selingkuhannya
di rumah selingkuhannya itu.
Dan kemaren tetangga depan keceplosan nyebut nama lelaki
selingkuhan si A itu…dan ternyata dia suami kawan sekerjaku.
Lalu hening sejenak.
Teman kerjaku itu bela-belain jualan kerja sampingan demi
keluarganya. Ternyata pas dia lagi jualan, rumahnya kosong. Suaminya bawa
selingkuhannya.
Lalu hening lagi.
…
Kemaren tanpa disengaja, aku ketemu dengan orang yang ada
dicerita adikku itu.
Suami yang selingkuh dan istri yang kerja keras.
Apakah pernikahan jawaban dari kebahagiaan? Belum tentu!
Kadang aku kecut mendengar kisah orang-orang yang sudah
berumahtangga. Kadang aku berpikir, kenapa hal seperti ini terjadi?
Mungkinlkah mereka dulu memutuskan menikah tanpa saling
mencintai? Atau pada akhirnya berhenti mencintai?
Aku besar di tengah-tengah keluarga yang baik-baik saja. Tapi
itupun bisa membuatku kadang patah arang melihat kehidupan pernikahan.
Atau begitulah pernikahan…(?)
Kutopang daguku dengan tangan kiriku. Kutatap langit-langit
di atas kepalaku.
Well…
Begitulah dunia ini…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar