Aku menutup pintu perlahan, tak ingin
ibu terbangun dari tidurnya. Sudah hampir menjelang subuh dan mungkin sebentar
lagipun matahari akan buru-buru muncul. Aku kembali mendengar suara batuk ibu
untuk kesekian kalinya. Sepanjang malam aku menjaga dan menemaninya sekarang
mataku terasa sangat perih, ini sudah hampir 2 bulan aku tak lagi bisa
menikmati tidur malam karena harus menjaga ibu.
Aku hanya punya ibu, sejak ayah meninggal 2
tahun lalu sementara ibu kadang-kadang merasa tak punya siapa-siapa sejak ayah
tak ada, merasa tak ingin melanjutkan hidup dan ingin menyusul ayah katanya berulang kal. Aku tau aku
takkan pernah menggantikan posisi ayah disampingnya, takkan bisa mengerti
persis apa yang dirasakannya, aku tau aku takkan bisa memberikan apa yang
pernah didapatkannya dari ayah. tapi sesekali aku juga ingin dia tau aku masih
membutuhkan perhatian seorang ibu. Ada saatnya aku merasa ibu tak adil padaku,
tak seharusnya dia menempatkanku pada posisi ini, aku juga tak ingin ayah pergi
meninggalkan kami. Tapi seperti janjiku pada almarhum ayah aku harus tetap
menjaga ibu.
Kucoba sejenak membaringkan tubuhku di
sofa berharap aku bisa istirahat paling tidak satu jam saja. Glenn, seorang
anak berumur 4 tahun membawakanku lukisan yang dibuatnya sendiri. Aku tak tau
tepatnya ini lukisan apa tapi sepertinya dia sedang mencoba melukis sebuah rumah
dengan pohon besar di halamannya.
“ini rumah buat ibu…” Glenn memberikan
lukisannya padaku, senyumnya mengisyaratkan kebahagiaan yang sangat besar.
“trimakasih sayang” kucium keningnya dan
kubelai-belai rambutnya. Dia salah satu siswa dari kelas toodler yang paling dekat denganku.
“Sinta!” aku terkejut seseorang menepuk
punggungku sangat keras. Aku terkejut dan tersadar barusan hanya mimpi. Jarum
pendek di Jam tanganku menunjukkan angka 7. Sontak aku berdiri dan berlari ke
kamar mandi.
Tidak!! Tidak!! Jangan lagi kumohon…aku
berharap dalam hati. Seminggu belakangan ini aku selalu terlambat dan baru
kemaren aku dapat peringatan dari kepala sekolah tempatku mengajar. Dalam waktu
15 menit aku sudah ada di halte untuk menunggu angkutan umum. Syukurlah mini bus
yang kutunggu segera datang, aku tak tau ini hanya perasaanku saja atau tidak
tapi aku merasa perjalanan ini menjadi sangat lama dan panjang.
Aku pasti akan terlambat, kusandarkan
tubuhku dan kurenungi nasibku yang sudah
sangat kacau hampir 2 tahun ini. Kapan ini semua akan berakhir Tuhan?
*nulisDuet*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar