Tiap kali melewati jalan ini maka aku teringat beberapa bagian dari
cerita yang dulu pernah menjadi kesukaanku. Aku pernah berharap jalan
ini akan menjadi sangat panjang atau bahkan tak mengapa jika tak
berujung. Kau tau mengapa? Dengarlah, dan diakhir cerita engkau akan
tau jawabnya.
Kita pernah tertawa tanpa sebab yang jelas saat
melewati jalan ini, engkau menertawai pejalan kaki yang memaki lampu
merah sementara aku menertawai angin yang mempermainkan ujung rambutku.
Kita tertawa itulah themanya dan entah apa sebabnya itu tak jadi
masalah yang terpenting adalah kita. Kau tau artinya ada engkau dan aku
mendampingi sebuah kata kerja.
Kita pernah tanpa cerita, berjalan
dan melangkah tanpa bicara. Diam menjadi pihak ketiga yang menemani,
di penghujung jalan kita hanya akan sama-sama tersenyum sebagai tanda
perpisahan. Tapi diam itupun terasa cukup menjadi sebuah cerita tentang
kita.
Masihkah engkau ingat berapa kali kaki kananmu menendang
bebatuan yang membuatku tersandung, pura-pura marah karena benda mati
itu telah membuat kakiku tersakiti. Ah, apakah demikian caranya engkau
melindungi orang yang diam-diam mengagumi dan merindukanmu setiap pagi.
Tahukah
engkau adakalanya aku menyalahkan panasnya mentari untuk memintamu
sejenak berhenti di bawah pepohonan. Sesungguhnya ada di sampingmu
sajapun telah lebih nyaman dari semua itu.
Dan dilemma sering
mendatangiku tanpa sadar, saat berjalan bersamamu aku ingin jalan ini
tak berujung, namun saat engkau tak ada aku sangat berharap ujung jalan
ini selalu ada didepan mataku. Apa sesungguhnya yang kuharapkan? Jalan
inikah atau keberadaanmu? Kurasa engkau tahu jawabnya. Ini bukan
dilemma ternyata tapi sekedar harapan kosong tentangmu.
Kemarin aku
bertemu dengan pohon yang dulu menjadi tempat kita berteduh, aku
bertanya padanya apakah dia pernah melihatmu belakangan ini. Tapi dia
tak memberiku jawaban apapun, “baiklah…” kataku waktu itu lalu
kutitipkan salam untukmu padanya kalau satu saat engkau singgah atau
bertemu dengannya.
Oh ya, batu-batu itupun tak lagi pernah
menyakitiku. Pemerintah kota telah membuat jalan yang lebih baik,
mereka berkata itu untuk memperindah jalan kota, tapi sampai sekarang
aku belum pernah melihat jalan ini menjadi lebih indah. Malah aku
merasa jalanan ini dulu jauh lebih indah dan tak pernah membuatku
merasa sepi dan kosong.
Aku juga berharap engkau takkan pernah tau
apa yang baru saja kulakukan tadi, aku baru saja mengutuki lampu merah
yang tak bersalah. Dia membuat perjalanan ini tampaknya menjadi semakin
panjang dan aku tak suka. Seandainya engkau melihatku tadi engkau
tentunya akan berkata aku tak lagi tau bagaimana caranya menikmati
hidup dan bersyukur.
Mengapa jalan ini sangat jauh dan melelahkan
saat aku melintasinya seorang diri, sementara denganmu terasa singkat.
Bisakah kau tinggal lebih lama, atau sudah adakah jalan lain yang kau
lintasi? Padahal kita sudah membuat rencana-rencana yang menurutku
terkesan gila namun menyenangkan. Kita akan membuat bunga-bunga dan
pohon-pohon yang kita suka disepanjang jalan ini jadi bukan hanya satu
pohon yang akan menaungi kita tapi semua pohon yang kita tanam. Maka
ketika kita lelah berjalan, sejenak melepas letih diantara bunga-bunga
itu, atau berlomba utuk mengumpulkan kupu-kupu dengan lukisan seperti
mata disayapnya. Sepertinya itu tidak akan pernah terjadi lagi, dan ini
adalah pertanyaan yang tak membutuhkan jawaban. Benarkah?
Sebentar
lagi semua akan menjadi asing. Dan esok adalah saat dimana jalan yang
kutapaki adalah jalan baru bagiku, bukan jalan yang sering kita lewati
ini.
Tapi kuharap, kau ada di ujung jalan itu. Karena aku masih
mengagumimu, merindukanmu seperti air yang tak berhenti mengalir. Aku
tak berharap akan ada batu-batu yang tak beraturan yang akan membuatku
terjatuh, atau tiupan angin yang menyapu rambutku sehingga mengganggu
penglihatanku, atau lampu merah yang membuatku lama untuk menyeberang,
atau bahkan pejalan kaki yang membuatku sulit memandang ke depan. Hanya
berharap, jalan ini lurus tanpa ada apapun yang melintang dan jika bisa
kau menungguku di ujung jalan untuk kembali melanjutkan cerita kita dan
bersama-sama melintasi jalan dihadapan kita. Kali ini tanpa dilemma,
dan kau akhirnya harus tahu semua tentang perjalananku tanpamu selama
ini kecuali saat aku memaki lampu merah itu. Karena itu akan membuatku
menertawakan diriku, betapa konyolnya ketika aku melakukan itu.
Jika
kau mau, akupun bersedia mengulangi jalan kita yang dulu. Jalan yang
sudah merekam semua kisah kita tanpa ada yg terlewat termasuk saat aku
berharap padamu, biar kau menyaksikan semua rekamannya tanpa perlu aku
bercerita. Jika aku menempuhnya denganmu aku tidak akan takut. Kita
cukup menambah hal yang kurang pada saat itu, memperbaiki mimpi-mimpi
kita jika itu kurang baik dan mencoba menyempurnakannya. Karena bagiku,
tidak ada hal yang buruk di jalan itu selama kita melintasinya. Hanya
ada kita. Kita dan tawa kita.
Kau tahu, semua tentang kita adalah jawaban dari akhir perjalanan ini. Ya, kita.
Nulis duet dengan tema :Kenangan
Oleh @da_manique dan @jusnitagaol
Balige dan Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar